jelaskan alat transportasi perdagangan pada masa kerajaan kerajaan hindu budha – Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, alat transportasi perdagangan sangat penting untuk menghubungkan perdagangan antar kerajaan. Kerajaan Hindu-Buddha dikenal sebagai kerajaan perdagangan yang maju pada masanya. Selain bercocok tanam dan bertani, perdagangan juga menjadi salah satu sumber pendapatan utama kerajaan. Oleh karena itu, alat transportasi perdagangan menjadi sangat penting dalam menghubungkan perdagangan antar kerajaan.
Salah satu alat transportasi perdagangan yang digunakan pada masa itu adalah perahu. Perahu digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar pulau. Pulau Jawa sebagai pusat kerajaan Hindu-Buddha memiliki pelabuhan-pelabuhan yang sibuk untuk menghubungkan perdagangan dengan pulau-pulau lainnya seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Perahu digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan seperti rempah-rempah, kain, logam, dan lain-lain.
Selain perahu, kereta kuda juga menjadi alat transportasi yang digunakan pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Kereta kuda digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan. Kereta kuda juga digunakan oleh para raja dan bangsawan untuk berkendara ke tempat-tempat penting seperti istana, kuil, dan pertemuan diplomatik.
Selain perahu dan kereta kuda, gajah juga menjadi alat transportasi pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Gajah digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan seperti kain dan rempah-rempah. Gajah juga digunakan oleh para raja untuk menunjukkan kekuasaan mereka. Para raja biasanya menunggangi gajah ketika mengunjungi kerajaan-kerajaan lain atau saat mengadakan perayaan besar.
Selain itu, manusia juga menjadi alat transportasi pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Orang-orang yang tidak mampu membeli perahu, kereta kuda, atau gajah biasanya mengangkut barang-barang dagangan dengan cara berjalan kaki atau menggunakan tandu. Tandu adalah alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang dengan cara dibawa oleh beberapa orang.
Dalam perdagangan antar kerajaan, alat transportasi juga digunakan untuk mengangkut uang. Uang pada masa itu berupa koin emas dan perak. Koin-koin ini diangkut dengan menggunakan perahu atau kereta kuda yang dijaga ketat oleh pengawal. Pengawal ini bertugas untuk menjaga keamanan uang dan barang-barang dagangan dari perampok atau pencuri.
Dalam kesimpulannya, alat transportasi perdagangan pada masa kerajaan Hindu-Buddha sangatlah penting. Perahu, kereta kuda, gajah, dan manusia digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar kerajaan. Alat-alat transportasi ini juga digunakan untuk mengangkut uang dan barang-barang dagangan dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan. Oleh karena itu, alat transportasi perdagangan pada masa kerajaan Hindu-Buddha menjadi sangat penting dalam mengembangkan perdagangan antar kerajaan.
Rangkuman:
Penjelasan: jelaskan alat transportasi perdagangan pada masa kerajaan kerajaan hindu budha
1. Perahu digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar pulau.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, perdagangan antar pulau menjadi salah satu sumber penghasilan utama kerajaan. Oleh karena itu, perahu menjadi alat transportasi perdagangan yang sangat penting pada masa itu. Perahu digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar pulau. Pulau Jawa sebagai pusat kerajaan Hindu-Buddha memiliki pelabuhan-pelabuhan yang sibuk untuk menghubungkan perdagangan dengan pulau-pulau lainnya seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Perahu pada masa itu dibuat dari kayu dan dilengkapi dengan layar. Perahu-perahu ini bervariasi dari ukuran kecil hingga besar. Perahu-perahu kecil digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan yang tidak terlalu besar seperti makanan dan hasil bumi. Sedangkan perahu-perahu besar digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan yang berat seperti logam dan rempah-rempah.
Perahu-perahu pada masa kerajaan Hindu-Buddha juga dilengkapi dengan kru yang terdiri dari nakhoda, juru mudi, dan awak kapal. Nakhoda adalah orang yang bertanggung jawab atas kapal dan penumpang, sedangkan juru mudi bertugas sebagai navigator dan awak kapal bertugas sebagai pelaut. Selain itu, perahu-perahu ini juga dilengkapi dengan senjata untuk melindungi diri dari perampok atau bajak laut.
Pada masa itu, perdagangan antar pulau sangat berkembang. Barang-barang dagangan seperti rempah-rempah, kain, logam, dan lain-lain diperdagangkan melalui perahu-perahu ini. Selain itu, perahu juga digunakan untuk mengangkut orang dari pulau ke pulau, seperti para pedagang atau pejabat kerajaan yang melakukan perjalanan ke pulau lain untuk pekerjaan atau kepentingan pribadi.
Dalam kesimpulannya, perahu merupakan alat transportasi perdagangan yang sangat penting pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Perahu digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar pulau dan mengangkut barang-barang dagangan dari pulau ke pulau. Perahu pada masa itu dilengkapi dengan kru yang terdiri dari nakhoda, juru mudi, dan awak kapal. Pada masa itu, perdagangan antar pulau sangat berkembang dan perahu menjadi salah satu faktor yang memungkinkan perdagangan antar pulau tersebut.
2. Pulau Jawa memiliki pelabuhan-pelabuhan yang sibuk untuk menghubungkan perdagangan dengan pulau-pulau lainnya.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, pulau Jawa menjadi pusat perdagangan yang sangat penting di Asia Tenggara. Pulau Jawa memiliki pelabuhan-pelabuhan yang sibuk untuk menghubungkan perdagangan dengan pulau-pulau lainnya seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Pelabuhan-pelabuhan di pulau Jawa menjadi pusat kegiatan perdagangan dan menjadi tempat bertemunya pedagang dari berbagai kerajaan di Asia Tenggara. Pelabuhan-pelabuhan tersebut menjadi tempat tumpuan perahu-perahu yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan antar pulau. Selain itu, pelabuhan-pelabuhan tersebut juga menjadi tempat pemberhentian bagi para pedagang yang ingin menjual barang-barang dagangannya.
Perahu digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar pulau. Perahu-perahu tersebut membawa berbagai jenis barang dagangan seperti rempah-rempah, kain, logam, dan lain-lain. Perahu juga digunakan untuk membawa orang-orang dari kerajaan-kerajaan lain yang ingin melakukan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan di pulau Jawa.
Pelabuhan-pelabuhan di pulau Jawa juga menjadi tempat pertukaran budaya antar kerajaan. Para pedagang yang datang dari kerajaan-kerajaan lain membawa budaya dan adat istiadat dari kerajaan mereka. Hal ini membuat pulau Jawa menjadi pusat pertukaran budaya dan peradaban pada masa itu.
Dalam perdagangan antar pulau, perahu juga digunakan untuk mengangkut uang yang berupa koin emas dan perak. Koin-koin ini diangkut dengan menggunakan perahu yang dijaga ketat oleh pengawal. Pengawal ini bertugas untuk menjaga keamanan uang dan barang-barang dagangan dari perampok atau pencuri.
Secara keseluruhan, perahu menjadi alat transportasi perdagangan yang sangat penting pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Perahu digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar pulau dan menjadikan pulau Jawa sebagai pusat perdagangan yang sibuk di Asia Tenggara. Pelabuhan-pelabuhan di pulau Jawa menjadi tempat tumpuan perahu-perahu yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan antar pulau serta menjadi tempat pertukaran budaya antar kerajaan.
3. Kereta kuda digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, kereta kuda menjadi salah satu alat transportasi perdagangan yang penting. Kereta kuda digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan. Kereta kuda juga digunakan oleh para raja dan bangsawan untuk berkendara ke tempat-tempat penting seperti istana, kuil, dan pertemuan diplomatik.
Kereta kuda pada masa itu dibuat dengan bahan-bahan yang berkualitas dan dihiasi dengan hiasan yang indah. Biasanya, kereta kuda ditarik oleh dua ekor kuda yang dipilih karena kekuatan dan kecantikan mereka. Kereta kuda juga dihiasi dengan berbagai hiasan seperti ukiran kayu, emas, perak, dan batu permata.
Selain itu, kereta kuda juga digunakan dalam acara-acara kerajaan seperti upacara pernikahan, pemakaman, dan perayaan besar. Pada saat upacara keagamaan, kereta kuda digunakan untuk mengangkut patung-patung dewa dan dewi ke kuil-kuil yang ada di dalam kerajaan. Sementara itu, pada saat perayaan besar seperti perayaan tahun baru atau perayaan panen, kereta kuda digunakan oleh para raja dan bangsawan untuk menunjukkan kekuasaan mereka.
Namun, penggunaan kereta kuda pada masa itu tidak semudah yang kita bayangkan. Jalan-jalan di dalam kerajaan pada masa itu belum dibangun dengan baik. Hanya ada jalan setapak yang berlumpur dan berbatu. Oleh karena itu, perjalanan dengan kereta kuda sangatlah lambat dan melelahkan. Di samping itu, kereta kuda juga membutuhkan biaya yang mahal untuk perawatan dan pemeliharaan.
Dalam kesimpulannya, kereta kuda merupakan salah satu alat transportasi perdagangan yang penting pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Kereta kuda digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan. Selain itu, kereta kuda juga digunakan dalam acara-acara kerajaan sebagai sarana untuk menunjukkan kekuasaan. Namun, penggunaan kereta kuda pada masa itu terbatas karena jalan-jalan di dalam kerajaan yang belum dibangun dengan baik dan biaya yang mahal untuk perawatan dan pemeliharaan.
4. Kereta kuda juga digunakan oleh para raja dan bangsawan untuk berkendara ke tempat-tempat penting.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, kereta kuda menjadi alat transportasi penting yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan. Selain itu, kereta kuda juga digunakan oleh para raja dan bangsawan untuk berkendara ke tempat-tempat penting seperti istana, kuil, dan pertemuan diplomatik.
Kereta kuda pada masa itu terbuat dari kayu dan terdiri dari dua roda yang ditarik oleh seekor kuda. Kereta kuda ini ditenun dengan kain yang indah dan dihias dengan ornamen-ornamen yang mewah. Kereta kuda pada masa itu hanya digunakan oleh para raja, bangsawan, dan pedagang kaya karena harga sewa kereta kuda pada masa itu sangat mahal.
Kereta kuda pada masa kerajaan Hindu-Buddha juga digunakan sebagai simbol kekuasaan. Para raja dan bangsawan sering menunjukkan kekuasaan mereka dengan menunggangi kereta kuda yang dihias dengan ornamen-ornamen yang mewah. Selain itu, kereta kuda juga digunakan untuk mengangkut barang-barang yang sangat berharga seperti uang, permata, dan barang-barang kerajaan lainnya.
Namun, penggunaan kereta kuda pada masa itu tidak selalu nyaman dan aman. Jalan-jalan pada masa itu masih berupa jalan setapak yang tidak rata dan berbahaya. Selain itu, perjalanan dengan kereta kuda juga rentan terhadap perampokan dan pencurian. Oleh karena itu, para raja dan bangsawan sering dibawa oleh pengawal yang berjumlah banyak untuk menjaga keamanan mereka.
Dalam kesimpulannya, kereta kuda pada masa kerajaan Hindu-Buddha menjadi alat transportasi perdagangan yang penting dalam mengangkut barang-barang dagangan dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan. Selain itu, kereta kuda juga digunakan oleh para raja dan bangsawan untuk berkendara ke tempat-tempat penting. Penggunaan kereta kuda juga menjadi simbol kekuasaan dan kemewahan pada masa itu. Meskipun demikian, penggunaan kereta kuda juga rentan terhadap perampokan dan pencurian sehingga para raja dan bangsawan sering dibawa oleh pengawal yang berjumlah banyak untuk menjaga keamanan mereka.
5. Gajah digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan seperti kain dan rempah-rempah.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, gajah juga digunakan sebagai alat transportasi perdagangan. Gajah digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan seperti kain dan rempah-rempah. Gajah pada masa itu dianggap sebagai hewan yang sangat berharga dan dihargai oleh masyarakat. Oleh karena itu, hanya raja dan bangsawan yang dapat membeli dan menjaga gajah.
Gajah digunakan dalam perdagangan antar kerajaan karena kemampuannya yang kuat dan tahan lama. Gajah bisa membawa beban yang lebih berat dibandingkan dengan perahu atau kereta kuda. Selain itu, gajah juga dapat bertahan dalam perjalanan yang lebih lama dan lebih berat.
Selain digunakan untuk mengangkut barang dagangan, gajah juga digunakan oleh para raja untuk menunjukkan kekuasaan mereka. Para raja biasanya menunggangi gajah ketika mengunjungi kerajaan-kerajaan lain atau saat mengadakan perayaan besar. Hal ini menunjukkan bahwa gajah pada masa itu dianggap sebagai simbol kekuasaan dan status sosial.
Namun, penggunaan gajah dalam perdagangan antar kerajaan tidak sepenuhnya tanpa masalah. Penggunaan gajah dalam jumlah yang banyak juga dapat menyebabkan kerusakan hutan dan meningkatkan risiko konflik dengan hewan liar. Oleh karena itu, beberapa kerajaan mengatur dan membatasi penggunaan gajah dalam perdagangan antar kerajaan.
Dalam kesimpulannya, pada masa kerajaan Hindu-Buddha, gajah digunakan sebagai alat transportasi perdagangan. Gajah digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan seperti kain dan rempah-rempah dan juga digunakan oleh para raja untuk menunjukkan kekuasaan mereka. Namun, penggunaan gajah dalam perdagangan antar kerajaan juga memiliki risiko dan beberapa kerajaan mengatur dan membatasi penggunaannya.
6. Gajah juga digunakan oleh para raja untuk menunjukkan kekuasaan mereka.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, raja dan bangsawan sering menggunakan gajah sebagai alat transportasi untuk menunjukkan kekuasaan mereka. Gajah dianggap sebagai hewan yang kuat dan gagah sehingga dipercayai dapat meningkatkan status sosial seseorang yang menungganginya. Selain itu, gajah juga digunakan sebagai alat transportasi yang efektif dalam mengangkut barang-barang dagangan berat seperti kain dan rempah-rempah.
Menunggangi gajah pada masa itu merupakan suatu hal yang mewah dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki posisi sosial yang tinggi. Para raja dan bangsawan sering menunggangi gajah ketika mereka melakukan kunjungan ke kerajaan lain atau ketika mengadakan perayaan besar seperti upacara pernikahan atau perayaan kemenangan dalam peperangan.
Selain itu, gajah juga sering digunakan dalam upacara keagamaan. Dalam upacara tersebut, gajah dihiasi dengan kain dan hiasan-hiasan lainnya yang indah. Gajah juga dianggap sebagai simbol kebesaran dan kekuatan, sehingga sering dipakai dalam upacara-upacara yang mengandung unsur kekuatan.
Namun, penggunaan gajah sebagai alat transportasi pada masa itu juga menimbulkan masalah lingkungan. Gajah membutuhkan banyak makanan dan air, sehingga sering merusak lingkungan sekitarnya. Selain itu, penebangan hutan dan perburuan liar gajah juga mengancam populasi gajah pada masa itu.
Dalam kesimpulannya, gajah digunakan pada masa kerajaan Hindu-Buddha sebagai alat transportasi untuk mengangkut barang-barang dagangan dan juga digunakan oleh para raja dan bangsawan untuk menunjukkan kekuasaan mereka. Namun, penggunaan gajah juga menimbulkan masalah lingkungan dan mengancam populasi gajah pada masa itu.
7. Orang-orang yang tidak mampu membeli perahu, kereta kuda, atau gajah biasanya mengangkut barang-barang dagangan dengan cara berjalan kaki atau menggunakan tandu.
Poin ke-7 dari tema “jelaskan alat transportasi perdagangan pada masa kerajaan Hindu-Buddha” menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak mampu membeli perahu, kereta kuda, atau gajah biasanya mengangkut barang-barang dagangan dengan cara berjalan kaki atau menggunakan tandu.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, transportasi jalan kaki dan tandu menjadi salah satu alat transportasi yang umum digunakan oleh orang-orang biasa, terutama pedagang kecil. Tandu adalah sebuah alat transportasi yang digunakan untuk membawa barang atau orang dengan cara dibawa oleh beberapa orang. Tandu terbuat dari kayu dan rotan dan dihias dengan berbagai ukiran dan hiasan.
Orang-orang yang menggunakan tandu biasanya membeli jasa dari beberapa orang yang membawa tandu tersebut. Sementara itu, orang-orang yang tidak mampu membayar jasa tandu harus membawa barang dagangan mereka sendiri dengan cara berjalan kaki. Kondisi jalan pada masa itu belum terlalu baik sehingga perjalanan dengan jalan kaki bisa memakan waktu yang lama dan melelahkan, terutama jika harus membawa banyak barang dagangan.
Meskipun demikian, transportasi jalan kaki dan tandu masih menjadi pilihan yang populer untuk mengangkut barang dagangan pada masa itu. Terutama bagi pedagang kecil yang tidak memiliki modal untuk membeli alat transportasi yang lebih mahal seperti perahu, kereta kuda, atau gajah.
Dalam perkembangannya, transportasi jalan kaki dan tandu masih banyak digunakan di beberapa daerah di Indonesia hingga saat ini. Terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau dengan kendaraan bermotor atau alat transportasi modern lainnya. Sebagai warisan budaya dari masa lalu, transportasi jalan kaki dan tandu juga menjadi sebuah daya tarik wisata tersendiri bagi para wisatawan yang ingin merasakan pengalaman berbeda dalam menjelajahi suatu tempat.
8. Tandu adalah alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang dengan cara dibawa oleh beberapa orang.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, tidak semua orang mampu membeli perahu, kereta kuda, atau gajah untuk mengangkut barang dagangan mereka. Oleh karena itu, orang-orang yang tidak mampu tersebut mengangkut barang-barang dagangan dengan cara berjalan kaki atau menggunakan tandu.
Tandu adalah alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut barang atau orang dengan cara dibawa oleh beberapa orang. Tandu terbuat dari bambu dan kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menopang beban berat. Tandu juga dilengkapi dengan beberapa pegangan agar mudah diangkat oleh beberapa orang.
Tandu biasanya digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan seperti hasil pertanian, buah-buahan, dan bahan makanan. Tandu juga digunakan untuk mengangkut orang sakit atau jenazah. Selain itu, para raja atau bangsawan juga menggunakan tandu saat mereka melakukan perjalanan jauh atau mengunjungi kerajaan lain.
Meskipun tandu merupakan alat transportasi yang sederhana, namun penggunaannya sangat membantu dalam menghubungkan perdagangan antar kerajaan. Tandu dapat membawa barang-barang dagangan dari daerah-daerah terpencil dan menjualnya di pasar-pasar di pusat kerajaan. Selain itu, tandu juga membantu dalam distribusi makanan dan kebutuhan pokok lainnya di dalam kerajaan.
Dalam kesimpulannya, tandu adalah alat transportasi yang sederhana namun sangat membantu dalam menghubungkan perdagangan antar kerajaan pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Tandu digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dari daerah-daerah terpencil dan membawa ke pasar-pasar di pusat kerajaan. Selain itu, tandu juga digunakan untuk mengangkut orang sakit atau jenazah, serta membantu dalam distribusi makanan dan kebutuhan pokok lainnya di dalam kerajaan.
9. Alat transportasi juga digunakan untuk mengangkut uang yang berupa koin emas dan perak.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, perdagangan dilakukan dengan menggunakan uang yang berupa koin emas dan perak. Oleh karena itu, alat transportasi juga digunakan untuk mengangkut uang dari satu tempat ke tempat lainnya. Pengangkutan uang dilakukan dengan hati-hati dan ketat karena uang memiliki nilai yang tinggi dan rawan dicuri.
Uang yang diangkut biasanya disimpan dalam kotak atau wadah yang kuat dan tahan lama. Koin-koin emas dan perak tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah tersebut dan diikat dengan tali serta dijaga oleh pengawal yang terlatih.
Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut uang di antaranya adalah perahu dan kereta kuda. Perahu digunakan untuk mengangkut uang dari satu pulau ke pulau lainnya. Sedangkan kereta kuda digunakan untuk mengangkut uang dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan.
Pengangkutan uang juga dilakukan dengan pengawalan ketat. Pengawal biasanya terdiri dari pasukan kecil yang terlatih dan dilengkapi dengan senjata. Mereka bertugas menjaga keamanan uang dan barang-barang dagangan dari perampok atau pencuri.
Pengangkutan uang pada masa kerajaan Hindu-Buddha sangatlah penting karena uang menjadi salah satu faktor utama dalam perdagangan. Oleh karena itu, pengangkutan uang harus dilakukan dengan hati-hati dan dijaga dengan ketat untuk mencegah hilangnya uang dan kerusakan barang dagangan.
10. Pengawal bertugas untuk menjaga keamanan uang dan barang-barang dagangan.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, alat transportasi perdagangan sangat beragam dan digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar kerajaan. Salah satunya adalah perahu yang digunakan untuk menghubungkan perdagangan antar pulau. Pulau Jawa sebagai pusat kerajaan Hindu-Buddha memiliki pelabuhan-pelabuhan yang sibuk untuk menghubungkan perdagangan dengan pulau-pulau lainnya seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Perahu digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan seperti rempah-rempah, kain, logam, dan lain-lain.
Selain perahu, kereta kuda juga menjadi alat transportasi yang digunakan pada masa itu. Kereta kuda digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan. Kereta kuda juga digunakan oleh para raja dan bangsawan untuk berkendara ke tempat-tempat penting seperti istana, kuil, dan pertemuan diplomatik. Selain itu, gajah juga digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan seperti kain dan rempah-rempah. Gajah juga digunakan oleh para raja untuk menunjukkan kekuasaan mereka.
Namun, orang-orang yang tidak mampu membeli perahu, kereta kuda, atau gajah biasanya mengangkut barang-barang dagangan dengan cara berjalan kaki atau menggunakan tandu. Tandu adalah alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang dengan cara dibawa oleh beberapa orang. Alat transportasi ini juga digunakan untuk mengangkut uang yang berupa koin emas dan perak.
Koin-koin tersebut diangkut dengan menggunakan perahu atau kereta kuda yang dijaga ketat oleh pengawal. Pengawal ini bertugas untuk menjaga keamanan uang dan barang-barang dagangan dari perampok atau pencuri. Selain itu, mereka juga bertugas untuk melindungi kerajaan dari serangan musuh yang mungkin mencoba mengambil alih kekayaan kerajaan. Oleh karena itu, pengawal sangat penting dalam menjaga keamanan dan kelancaran perdagangan pada masa kerajaan Hindu-Buddha.
Dalam kesimpulannya, alat transportasi perdagangan pada masa kerajaan Hindu-Buddha sangatlah penting dalam menghubungkan perdagangan antar kerajaan. Perahu, kereta kuda, gajah, tandu, dan manusia digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dan uang dari pusat perdagangan ke pasar-pasar di dalam kerajaan. Pengawal juga bertugas untuk menjaga keamanan uang dan barang-barang dagangan agar perdagangan dapat berjalan dengan lancar dan aman.