jelaskan latar belakang kerajaan demak – Kerajaan Demak adalah salah satu kerajaan terbesar di Jawa pada abad ke-15 hingga abad ke-16. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Sebelumnya, ia adalah putra dari Raja Majapahit, Brawijaya V. Namun, saat Majapahit runtuh akibat serangan dari Kerajaan Islam Demak, Raden Patah memutuskan untuk berpindah ke Demak dan memeluk agama Islam.
Latar belakang kerajaan Demak berasal dari beberapa faktor. Salah satunya adalah terjadinya krisis politik dan ekonomi di Jawa pada abad ke-15. Pada masa itu, kerajaan-kerajaan yang ada mengalami kesulitan dalam mempertahankan kekuasaannya. Selain itu, munculnya pengaruh Islam di Jawa juga menjadi faktor penting dalam berdirinya Kerajaan Demak.
Islam pertama kali masuk ke Jawa pada abad ke-7 melalui pedagang Arab. Namun, pengaruhnya masih terbatas pada kalangan elit dan tidak merata di seluruh Jawa. Baru pada abad ke-13, pengaruh Islam semakin meluas di Jawa, terutama melalui jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah.
Pada abad ke-15, kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa mulai mengalami kemunduran. Majapahit, kerajaan terbesar di Jawa pada masa itu, menghadapi banyak masalah, seperti konflik internal, bencana alam, dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga. Selain itu, pengaruh Islam semakin kuat di Jawa, terutama melalui para pedagang dan ulama dari Gujarat, India.
Raden Patah, putra dari Raja Majapahit Brawijaya V, adalah salah satu yang memeluk agama Islam. Ia merasa tidak aman di Majapahit karena keberpihakan ayahnya pada agama Hindu-Buddha. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat. Ia belajar Islam dan menjadi pengikut Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama terkenal pada masa itu.
Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu tokoh penting dalam berdirinya Kerajaan Demak. Ia adalah seorang ulama asal Gujarat, India, yang datang ke Jawa pada awal abad ke-15. Ia menetap di Demak dan membuka pesantren untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat setempat. Ia juga membangun jaringan dakwah yang meluas hingga ke wilayah-wilayah lain di Jawa.
Dalam waktu singkat, Raden Patah dan para pengikutnya berhasil menguasai Demak dan sekitarnya. Mereka mendirikan Kerajaan Demak dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Selain itu, mereka juga mengembangkan perdagangan dan membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
Kerajaan Demak menjadi semakin kuat dan terkenal pada masa pemerintahan Sultan Trenggana, cucu Raden Patah. Ia memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Selain itu, ia juga membangun infrastruktur dan memperkuat militer kerajaan.
Namun, pada akhirnya Kerajaan Demak mengalami kemunduran akibat konflik internal dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga, terutama Kerajaan Mataram. Pada akhir abad ke-16, Kerajaan Demak akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa kekuatan kecil. Namun, warisan dan pengaruhnya masih terasa hingga saat ini, terutama dalam bidang agama dan budaya di Jawa.
Rangkuman:
Penjelasan: jelaskan latar belakang kerajaan demak
1. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478.
Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan besar di Jawa pada abad ke-15 hingga abad ke-16. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah, seorang putra dari Raja Majapahit, Brawijaya V pada tahun 1478. Sebelumnya, Raden Patah memegang jabatan sebagai adipati Tuban, namun ia memutuskan untuk meninggalkan jabatannya dan memeluk agama Islam.
Latar belakang berdirinya Kerajaan Demak berasal dari beberapa faktor, salah satunya adalah krisis politik dan ekonomi yang terjadi di Jawa pada abad ke-15. Pada masa itu, kerajaan-kerajaan yang ada mengalami kesulitan dalam mempertahankan kekuasaannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti konflik internal, bencana alam, dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga.
Selain itu, pengaruh Islam semakin meluas di Jawa pada abad ke-13 hingga abad ke-15 melalui jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah. Pengaruh Islam semakin kuat di Jawa pada awal abad ke-15 dengan kedatangan Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama terkenal asal Gujarat, India. Syekh Maulana Malik Ibrahim menetap di Demak dan membuka pesantren untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat setempat.
Raden Patah, putra dari Raja Majapahit Brawijaya V, memeluk agama Islam setelah merasa tidak aman di Majapahit akibat keberpihakan ayahnya pada agama Hindu-Buddha. Ia memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat. Selama di Demak, ia belajar Islam dan menjadi pengikut Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Dalam waktu singkat, Raden Patah dan para pengikutnya berhasil menguasai Demak dan sekitarnya. Mereka mendirikan Kerajaan Demak dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Selain itu, mereka juga mengembangkan perdagangan dan membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
Sultan Trenggana, cucu Raden Patah, memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Ia juga membangun infrastruktur dan memperkuat militer kerajaan. Namun, pada akhirnya Kerajaan Demak mengalami kemunduran dan runtuh pada akhir abad ke-16 akibat konflik internal dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga, terutama Kerajaan Mataram.
Meskipun Kerajaan Demak sudah tidak ada lagi, pengaruh dan warisannya masih terasa hingga saat ini, terutama dalam bidang agama dan budaya di Jawa. Kerajaan Demak merupakan awal mula penyebaran Islam di Jawa dan memegang peranan penting dalam sejarah Jawa.
2. Krisis politik dan ekonomi di Jawa pada abad ke-15 menjadi salah satu faktor latar belakang berdirinya Kerajaan Demak.
Poin kedua dari tema “jelaskan latar belakang kerajaan Demak” adalah bahwa krisis politik dan ekonomi di Jawa pada abad ke-15 menjadi salah satu faktor latar belakang berdirinya kerajaan Demak. Pada masa itu, kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa mengalami kemunduran dan kesulitan dalam mempertahankan kekuasaannya. Majapahit, kerajaan terbesar di Jawa pada masa itu, mengalami berbagai masalah seperti konflik internal, bencana alam, dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga.
Selain itu, kondisi ekonomi Jawa juga sedang lesu. Kedatangan pedagang dari luar negeri semakin berkurang, perdagangan antarkerajaan mulai menurun, dan produksi pertanian juga turun akibat bencana alam. Krisis ekonomi ini menyebabkan kerajaan-kerajaan di Jawa kesulitan dalam membiayai birokrasi dan militer mereka.
Sementara itu, pengaruh Islam semakin kuat di Jawa pada abad ke-15. Para pedagang dan ulama dari Gujarat, India membawa ajaran Islam ke Jawa melalui jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah. Islam menawarkan alternatif baru bagi masyarakat Jawa yang merasa tidak puas dengan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
Hal inilah yang membuat Raden Patah, putra Raja Majapahit Brawijaya V, merasa tidak aman dan memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat. Raden Patah memeluk agama Islam dan merasa bahwa Islam adalah jalan yang lebih cocok untuk memimpin masyarakat Jawa daripada agama Hindu-Buddha.
Dengan adanya krisis politik dan ekonomi, serta pengaruh Islam yang semakin kuat, Raden Patah dan para pengikutnya melihat peluang untuk membangun kerajaan baru di Jawa. Mereka memilih Demak sebagai pusat kekuasaan mereka karena Demak merupakan pusat perdagangan yang strategis dan memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan-kerajaan tetangga seperti Pajang dan Tuban.
Pada tahun 1478, Raden Patah dan para pengikutnya berhasil menguasai Demak dan sekitarnya. Mereka mendirikan Kerajaan Demak dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Dengan demikian, faktor krisis politik dan ekonomi di Jawa pada abad ke-15 menjadi salah satu latar belakang berdirinya Kerajaan Demak.
3. Pengaruh Islam semakin meluas di Jawa pada abad ke-13 hingga abad ke-15 melalui jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah.
Pada abad ke-13 hingga abad ke-15, pengaruh Islam semakin meluas di Jawa. Hal ini terjadi karena adanya jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah. Para pedagang dari Gujarat, India, dan Arab membawa ajaran Islam ke Jawa dan memperkenalkannya kepada masyarakat setempat.
Masyarakat Jawa pada masa itu merespon pengaruh Islam dengan berbagai cara. Ada yang menolaknya, ada yang menerima sebagian, dan ada juga yang sepenuhnya memeluk Islam. Pengaruh Islam mulai terasa di kalangan elit, terutama di kerajaan-kerajaan yang memiliki hubungan perdagangan dengan para pedagang dari luar.
Pengaruh Islam semakin kuat di Jawa pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Ia memerintahkan pembangunan masjid-masjid dan mengundang para ulama dari Gujarat untuk memperkuat agama Islam di Jawa. Namun, setelah Raja Hayam Wuruk wafat, pengaruh Islam kembali merosot di Jawa.
Pada akhir abad ke-15, krisis politik dan ekonomi di Jawa semakin memburuk. Kerajaan-kerajaan yang ada mengalami kesulitan dalam mempertahankan kekuasaannya. Munculnya pengaruh Islam semakin kuat di Jawa juga menjadi salah satu faktor penting dalam berdirinya Kerajaan Demak.
Raden Patah, putra dari Raja Majapahit Brawijaya V, adalah salah satu yang memeluk agama Islam. Ia merasa tidak aman di Majapahit karena keberpihakan ayahnya pada agama Hindu-Buddha. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat. Ia belajar Islam dan menjadi pengikut Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama terkenal pada masa itu.
Dengan demikian, pengaruh Islam yang semakin kuat di Jawa melalui jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah, menjadi salah satu faktor latar belakang berdirinya Kerajaan Demak. Raden Patah dan para pengikutnya berhasil menguasai Demak dan sekitarnya dalam waktu singkat serta menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, sehingga Kerajaan Demak menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Jawa pada masa itu.
4. Keberpihakan Raja Majapahit Brawijaya V pada agama Hindu-Buddha membuat Raden Patah merasa tidak aman dan memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat.
Pada saat itu, agama Islam mulai menyebar di Jawa melalui jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah. Selain itu, keberadaan para pedagang dan ulama yang datang dari luar juga mempercepat penyebaran Islam di Jawa. Pada abad ke-13 hingga abad ke-15, pengaruh Islam semakin meluas di Jawa dan banyak orang yang memeluk agama baru ini.
Krisis politik dan ekonomi di Jawa pada abad ke-15 juga menjadi faktor penting dalam berdirinya Kerajaan Demak. Kerajaan-kerajaan yang ada mengalami kesulitan dalam mempertahankan kekuasaannya dan banyak konflik internal yang terjadi. Selain itu, bencana alam seperti banjir dan kekeringan juga sering terjadi, sehingga menyebabkan kerusakan pada tanah dan infrastruktur.
Raden Patah, putra dari Raja Majapahit Brawijaya V, memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat. Hal ini disebabkan karena keberpihakan ayahnya pada agama Hindu-Buddha membuat Raden Patah merasa tidak aman di Majapahit. Ia kemudian memutuskan untuk memeluk agama Islam dan belajar Islam dari para ulama setempat, seperti Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Dalam waktu singkat, Raden Patah dan para pengikutnya berhasil menguasai Demak dan sekitarnya. Mereka mendirikan Kerajaan Demak dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Selain itu, mereka juga mengembangkan perdagangan dan membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
Kesimpulannya, pengaruh Islam yang semakin meluas di Jawa pada abad ke-13 hingga abad ke-15 dan krisis politik dan ekonomi di Jawa pada abad ke-15 menjadi faktor penting dalam berdirinya Kerajaan Demak. Selain itu, keberpihakan Raja Majapahit Brawijaya V pada agama Hindu-Buddha membuat Raden Patah merasa tidak aman dan memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat.
5. Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama terkenal pada masa itu, adalah salah satu tokoh penting dalam berdirinya Kerajaan Demak.
Poin kelima dari tema “jelaskan latar belakang kerajaan Demak” adalah “Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama terkenal pada masa itu, adalah salah satu tokoh penting dalam berdirinya Kerajaan Demak.” Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ulama yang berasal dari Gujarat, India, dan datang ke Jawa pada awal abad ke-15. Ia menetap di Demak dan membuka pesantren untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat setempat. Ia juga membangun jaringan dakwah yang meluas hingga ke wilayah-wilayah lain di Jawa.
Syekh Maulana Malik Ibrahim memiliki peran yang sangat penting dalam memperkenalkan Islam di Jawa. Ia berhasil menarik banyak pengikut dan murid yang kemudian menjadi pemuka agama dan ulama di Demak dan daerah-daerah lain di Jawa. Salah satu muridnya adalah Raden Patah, putra dari Raja Majapahit Brawijaya V, yang kemudian menjadi pendiri Kerajaan Demak.
Selama hidupnya, Syekh Maulana Malik Ibrahim juga aktif dalam perdagangan dan hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Ia membangun jaringan perdagangan yang meliputi Jawa, Sumatra, Malaka, dan Gujarat, India. Ia juga memperkenalkan teknik-teknik pertanian yang baru dan memperkenalkan sistem irigasi untuk meningkatkan produksi pertanian.
Syekh Maulana Malik Ibrahim meninggal pada tahun 1419 dan dimakamkan di Demak. Namun, warisan dan pengaruhnya tetap terasa hingga saat ini, terutama dalam bidang agama dan budaya di Jawa. Pesantren-pesantren yang didirikannya masih berdiri hingga saat ini dan menjadi pusat pendidikan Islam di Jawa. Selain itu, beberapa tradisi dan budaya di Jawa juga dipengaruhi oleh ajaran-ajarannya.
6. Raden Patah dan para pengikutnya berhasil menguasai Demak dan sekitarnya dalam waktu singkat.
Pada awal abad ke-15, Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama terkenal asal Gujarat, India, datang ke Jawa dan menetap di Demak. Ia membuka pesantren dan mengajarkan Islam kepada masyarakat setempat. Pengaruh Syekh Maulana Malik Ibrahim semakin kuat dan meluas di Jawa, karena ia juga membangun jaringan dakwah yang meluas hingga ke wilayah-wilayah lain di Jawa.
Raden Patah, putra Raja Majapahit Brawijaya V, adalah salah satu yang memeluk agama Islam dan menjadi pengikut Syekh Maulana Malik Ibrahim. Ia merasa tidak aman di Majapahit karena keberpihakan ayahnya pada agama Hindu-Buddha. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat.
Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu tokoh penting dalam berdirinya Kerajaan Demak. Ia menjadi guru dan penasihat bagi Raden Patah dan para pengikutnya. Ia memberikan dukungan moril dan spiritual dalam perjuangan mereka memperjuangkan Islam dan kemerdekaan Demak.
Dukungan dari Syekh Maulana Malik Ibrahim membuat Raden Patah dan para pengikutnya semakin kuat dan percaya diri. Mereka berhasil menguasai Demak dan sekitarnya dalam waktu singkat. Raden Patah kemudian menetap di Demak dan memerintah sebagai Sultan pertama Kerajaan Demak.
Namun, kekuasaan Raden Patah tidak hanya terbatas di Demak dan sekitarnya. Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke daerah-daerah lain di Jawa, seperti Tuban, Jepara, dan Cirebon. Hal ini membuat Kerajaan Demak semakin kuat dan diakui oleh kerajaan-kerajaan tetangga.
Kekuasaan Raden Patah dan pengikutnya ini dibangun di atas dasar kekuatan militer dan pengaruh agama Islam yang semakin meluas di Jawa. Kerajaan Demak kemudian menjadi pusat pembangunan kebudayaan dan perdagangan di Jawa pada masa itu.
7. Sultan Trenggana, cucu Raden Patah, memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Sumatra, Kalimantan, dan Bali.
Poin ketujuh dari tema “Jelaskan Latar Belakang Kerajaan Demak” adalah bahwa Sultan Trenggana, cucu Raden Patah, memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Demak mengalami masa keemasan dan menjadi salah satu kerajaan terkuat di Nusantara.
Sultan Trenggana berhasil memperluas kekuasaannya dengan mengalahkan beberapa kerajaan tetangga, seperti Cirebon, Banten, dan Palembang. Ia juga berhasil memperkuat militer kerajaan dan membangun infrastruktur, seperti bendungan dan jalan raya, untuk memudahkan perdagangan dan transportasi.
Selain memperluas wilayah kekuasaan, Sultan Trenggana juga memperkuat hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dan Timur Tengah. Ia mengirim utusan ke Kesultanan Aceh, Kesultanan Ternate, Kesultanan Johor, dan beberapa negara Arab untuk menjalin kerjasama perdagangan dan diplomasi.
Kepemimpinan Sultan Trenggana dianggap sangat berhasil karena ia berhasil menjaga stabilitas politik dan ekonomi di Kerajaan Demak. Ia juga meneruskan kebijakan ayahnya, Pati Unus, yang mengembangkan kesenian dan budaya di Demak. Salah satu contohnya adalah pembangunan Masjid Agung Demak yang menjadi salah satu peninggalan sejarah penting di Indonesia.
Namun, kepemimpinan Sultan Trenggana juga diwarnai dengan konflik internal, terutama dengan saudaranya, Pangeran Pekik. Konflik ini memuncak dalam sebuah perang saudara yang berlangsung selama beberapa tahun dan akhirnya berakhir dengan kemenangan Sultan Trenggana.
Meski demikian, pengaruh dan warisan Sultan Trenggana masih terasa hingga saat ini. Ia berhasil memperkuat dan memperluas wilayah kekuasaan kerajaan, serta menjadi pelopor dalam pengembangan kesenian dan budaya di Jawa. Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana menjadi salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Indonesia pada masanya.
8. Kerajaan Demak mengalami kemunduran dan runtuh pada akhir abad ke-16 akibat konflik internal dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga, terutama Kerajaan Mataram.
Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan besar di Jawa pada abad ke-15 hingga abad ke-16. Namun, pada akhirnya, kerajaan ini mengalami kemunduran dan runtuh pada akhir abad ke-16. Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran dan runtuhnya Kerajaan Demak adalah konflik internal dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga.
Konflik internal di Kerajaan Demak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Trenggana, cucu dari Raden Patah. Ia menghadapi banyak masalah, seperti konflik suksesi, korupsi, dan kebijakan yang tidak populer. Konflik suksesi terjadi karena Sultan Trenggana tidak memiliki putra yang sah sehingga membuat putra-putra dari selirnya berebut takhta. Selain itu, ia juga dikenal sebagai sultan yang suka berfoya-foya dan melakukan kebijakan yang tidak populer di kalangan rakyatnya.
Serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga juga menjadi faktor penting dalam kemunduran dan runtuhnya Kerajaan Demak. Pada masa itu, Kerajaan Mataram semakin kuat dan agresif. Mereka mengincar wilayah kekuasaan Kerajaan Demak dan melakukan serangan secara terus-menerus. Selain itu, Kerajaan Cirebon dan Kesultanan Banten juga melakukan serangan terhadap Kerajaan Demak.
Hal ini membuat Kerajaan Demak semakin lemah dan tidak mampu mempertahankan kekuasaannya. Pada akhirnya, Kerajaan Demak runtuh dan terpecah menjadi beberapa kekuatan kecil. Salah satu kekuatan kecil yang muncul setelah runtuhnya Kerajaan Demak adalah Kesultanan Banten. Kesultanan Banten awalnya merupakan vasal dari Kerajaan Demak, namun setelah runtuhnya Kerajaan Demak, Kesultanan Banten menjadi salah satu kekuatan besar di Jawa Barat.
Meskipun Kerajaan Demak telah runtuh, namun pengaruh dan warisannya masih terasa hingga saat ini, terutama dalam bidang agama dan budaya di Jawa. Kerajaan Demak menjadi awal mula penyebaran agama Islam di Jawa, sehingga Islam menjadi agama mayoritas di Jawa hingga saat ini. Selain itu, upacara-upacara adat seperti grebeg syawal dan grebeg maulud masih dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah di Jawa sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan Kerajaan Demak.
9. Pengaruh dan warisan Kerajaan Demak masih terasa hingga saat ini, terutama dalam bidang agama dan budaya di Jawa.
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Krisis politik dan ekonomi di Jawa pada abad ke-15 menjadi salah satu faktor latar belakang berdirinya kerajaan ini. Pada masa itu, kerajaan-kerajaan yang ada mengalami kesulitan dalam mempertahankan kekuasaannya. Munculnya pengaruh Islam di Jawa juga menjadi faktor penting dalam berdirinya Kerajaan Demak.
Pengaruh Islam semakin meluas di Jawa pada abad ke-13 hingga abad ke-15 melalui jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah. Islam pertama kali masuk ke Jawa pada abad ke-7 melalui pedagang Arab. Namun, pengaruhnya masih terbatas pada kalangan elit dan tidak merata di seluruh Jawa. Baru pada abad ke-13, pengaruh Islam semakin meluas di Jawa, terutama melalui jaringan perdagangan yang menghubungkan Jawa dengan India dan Timur Tengah.
Keberpihakan Raja Majapahit Brawijaya V pada agama Hindu-Buddha membuat Raden Patah merasa tidak aman dan memutuskan untuk pergi ke Demak dan bergabung dengan para ulama setempat. Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama terkenal pada masa itu, adalah salah satu tokoh penting dalam berdirinya Kerajaan Demak. Ia adalah seorang ulama asal Gujarat, India, yang datang ke Jawa pada awal abad ke-15 dan menetap di Demak. Ia membuka pesantren untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat setempat dan membangun jaringan dakwah yang meluas hingga ke wilayah-wilayah lain di Jawa.
Raden Patah dan para pengikutnya berhasil menguasai Demak dan sekitarnya dalam waktu singkat. Mereka mendirikan Kerajaan Demak dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Selain itu, mereka juga mengembangkan perdagangan dan membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
Sultan Trenggana, cucu Raden Patah, memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Ia membangun infrastruktur dan memperkuat militer kerajaan. Namun, pada akhirnya Kerajaan Demak mengalami kemunduran dan runtuh pada akhir abad ke-16 akibat konflik internal dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga, terutama Kerajaan Mataram.
Meskipun kerajaan ini runtuh, pengaruh dan warisan Kerajaan Demak masih terasa hingga saat ini, terutama dalam bidang agama dan budaya di Jawa. Peninggalan-peninggalan seperti Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga, dan Kitab Negara Kertagama menjadi bukti-bukti keagungan Kerajaan Demak pada masa lalu. Pengaruh Islam yang dianut oleh Kerajaan Demak juga terus dirasakan hingga saat ini, terutama dalam adat istiadat dan budaya masyarakat Jawa.