jelaskan perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir – Daerah aliran sungai hulu dan hilir memiliki karakteristik yang berbeda karena letak geografis dan perbedaan kondisi lingkungan yang ada di kedua daerah tersebut. Daerah aliran sungai hulu merupakan daerah yang berada di bagian atas sungai, sedangkan daerah aliran sungai hilir berada di bagian bawah sungai. Perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir dapat dilihat dari aspek topografi, hidrologi, dan ekosistem.
Secara topografi, daerah aliran sungai hulu memiliki ketinggian yang lebih tinggi daripada daerah aliran sungai hilir. Hal ini disebabkan oleh adanya pegunungan dan perbukitan di bagian atas sungai. Topografi yang lebih tinggi di daerah aliran sungai hulu menyebabkan debit air yang lebih besar dan kecepatan aliran yang lebih deras. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, topografi yang lebih datar menyebabkan debit air yang lebih kecil dan kecepatan aliran yang lebih lambat.
Dalam hal hidrologi, daerah aliran sungai hulu memiliki karakteristik yang lebih sensitif terhadap perubahan cuaca. Karena topografi yang lebih tinggi, daerah aliran sungai hulu lebih rentan terhadap banjir saat terjadi hujan lebat. Sebaliknya, daerah aliran sungai hilir lebih rentan terhadap kekeringan karena aliran sungai yang lebih kecil dan kondisi geografis yang lebih datar. Kondisi hidrologi yang berbeda ini mempengaruhi ketersediaan air di kedua daerah tersebut.
Di sisi ekosistem, daerah aliran sungai hulu memiliki keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah aliran sungai hilir. Keanekaragaman hayati di daerah aliran sungai hulu disebabkan oleh adanya hutan hujan tropis yang masih alami dan memiliki keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang lebih tinggi. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, ekosistem yang terdapat lebih didominasi oleh mangrove dan tumbuhan air yang khas dengan karakteristik lingkungan yang lebih asin.
Selain itu, perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir juga mempengaruhi kegiatan manusia yang ada di kedua daerah tersebut. Di daerah aliran sungai hulu, kegiatan pertanian dan perkebunan merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh masyarakat. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, kegiatan utama yang dilakukan adalah perikanan dan pengolahan hasil laut. Kegiatan manusia yang ada di kedua daerah tersebut juga mempengaruhi kualitas air dan lingkungan hidup yang ada di sekitar daerah aliran sungai.
Dalam hal pengelolaan sumber daya air, perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir juga mempengaruhi strategi pengelolaan sumber daya air yang harus dilakukan. Di daerah aliran sungai hulu, pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengurangan banjir dan pengelolaan erosi. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengendalian intrusi air laut dan pengelolaan limbah industri.
Dengan demikian, perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat, pemerintah, dan pengambil kebijakan. Dengan memahami perbedaan karakteristik ini, diharapkan dapat dilakukan pengelolaan sumber daya air yang lebih efektif dan efisien serta dapat menjaga keberlanjutan ekosistem di kedua daerah tersebut. Hal ini dapat berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup yang ada di sekitar daerah aliran sungai.
Rangkuman:
Penjelasan: jelaskan perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir
1. Daerah aliran sungai hulu memiliki ketinggian yang lebih tinggi daripada daerah aliran sungai hilir
Daerah aliran sungai hulu memiliki ketinggian yang lebih tinggi daripada daerah aliran sungai hilir. Hal ini disebabkan oleh lokasi geografis daerah aliran sungai hulu yang berada di bagian atas sungai, yang seringkali terletak di wilayah pegunungan dan perbukitan. Ketinggian ini menyebabkan tekanan air yang lebih tinggi, yang kemudian menghasilkan debit air yang lebih besar dan kecepatan aliran yang lebih deras.
Sedangkan daerah aliran sungai hilir memiliki ketinggian yang lebih rendah, yang seringkali terletak di dataran rendah atau daerah pesisir. Ketinggian yang lebih rendah ini menyebabkan tekanan air yang lebih rendah, yang kemudian menghasilkan debit air yang lebih kecil dan kecepatan aliran yang lebih lambat.
Perbedaan ketinggian ini mempengaruhi kondisi hidrologi kedua daerah tersebut. Daerah aliran sungai hulu lebih rentan terhadap banjir saat terjadi hujan lebat, karena aliran air yang lebih deras dan debit air yang lebih besar. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, debit air yang lebih kecil dan kecepatan aliran yang lebih lambat membuatnya lebih rentan terhadap kekeringan.
Perbedaan ketinggian juga mempengaruhi keanekaragaman hayati di kedua daerah tersebut. Daerah aliran sungai hulu biasanya memiliki keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah aliran sungai hilir. Hal ini disebabkan oleh adanya hutan hujan tropis yang masih alami dan memiliki keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang lebih tinggi di daerah aliran sungai hulu.
Perbedaan ketinggian juga mempengaruhi aktivitas manusia di kedua daerah tersebut. Di daerah aliran sungai hulu, kegiatan pertanian dan perkebunan seringkali menjadi kegiatan utama yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang cukup subur dan kondisi hidrologi yang mendukung pertanian dan perkebunan. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, kegiatan utama yang dilakukan adalah perikanan dan pengolahan hasil laut, karena lingkungannya yang lebih didominasi oleh mangrove dan tumbuhan air yang khas dengan karakteristik lingkungan yang lebih asin.
Dalam hal pengelolaan sumber daya air, perbedaan ketinggian ini juga mempengaruhi strategi pengelolaan sumber daya air yang harus dilakukan. Di daerah aliran sungai hulu, pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengurangan banjir dan pengelolaan erosi. Hal ini dilakukan untuk mengatasi dampak dari debit air yang lebih besar dan kecepatan aliran yang lebih deras. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengendalian intrusi air laut dan pengelolaan limbah industri. Hal ini dilakukan untuk mengatasi dampak dari tekanan air yang lebih rendah dan kondisi lingkungan yang lebih asin.
Dengan demikian, perbedaan ketinggian antara daerah aliran sungai hulu dan hilir memiliki dampak yang signifikan pada kondisi hidrologi, keanekaragaman hayati, aktivitas manusia, dan strategi pengelolaan sumber daya air. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang perbedaan ini sangat penting untuk mengembangkan kebijakan dan strategi pengelolaan sumber daya air yang efektif dan berkelanjutan.
2. Debit air di daerah aliran sungai hulu lebih besar dan kecepatan aliran yang lebih deras
Perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir dapat dilihat dari aspek hidrologi. Daerah aliran sungai hulu memiliki ketinggian yang lebih tinggi daripada daerah aliran sungai hilir. Hal ini menyebabkan debit air yang lebih besar dan kecepatan aliran yang lebih deras di daerah aliran sungai hulu. Puncak-puncak gunung dan perbukitan yang terdapat di daerah aliran sungai hulu menyebabkan air yang mengalir dari hulu ke hilir memiliki tekanan yang lebih besar dan kecepatan yang lebih tinggi.
Kondisi ini berbeda dengan daerah aliran sungai hilir yang memiliki topografi yang lebih datar, sehingga debit air yang mengalir di daerah ini lebih kecil dan kecepatan aliran yang lebih lambat. Kecepatan aliran air yang lebih lambat di daerah aliran sungai hilir ini dapat disebabkan oleh adanya sungai-sungai besar yang mengalir dari daerah aliran sungai hulu ke daerah aliran sungai hilir, sehingga aliran air di daerah aliran sungai hilir menjadi lebih tenang dan lambat.
Perbedaan debit air dan kecepatan aliran antara daerah aliran sungai hulu dan hilir juga mempengaruhi karakteristik hidrologi kedua daerah tersebut. Debit air yang besar dan kecepatan aliran yang deras di daerah aliran sungai hulu dapat menyebabkan terjadinya banjir saat terjadi hujan lebat dan meningkatkan risiko terjadinya erosi dan longsor. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, debit air yang lebih kecil dan kecepatan aliran yang lebih lambat dapat menyebabkan terjadinya intrusi air laut dan kekeringan pada musim kemarau.
Selain itu, perbedaan hidrologi antara kedua daerah dapat mempengaruhi ketersediaan air di kedua daerah tersebut. Debit air yang besar dan kecepatan aliran yang deras di daerah aliran sungai hulu memungkinkan terdapat lebih banyak sumber air yang dapat dimanfaatkan, seperti sungai dan air terjun. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, kecepatan aliran yang lebih lambat dan debit air yang lebih kecil membuat ketersediaan air di daerah ini menjadi lebih terbatas.
Dalam hal pengelolaan sumber daya air, perbedaan karakteristik hidrologi kedua daerah juga mempengaruhi strategi pengelolaan sumber daya air yang harus dilakukan. Pengelolaan sumber daya air di daerah aliran sungai hulu lebih difokuskan pada upaya pengurangan banjir dan pengelolaan erosi. Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengendalian intrusi air laut dan pengelolaan limbah industri.
Dengan demikian, perbedaan karakteristik hidrologi antara daerah aliran sungai hulu dan hilir sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat, pemerintah, dan pengambil kebijakan. Dengan memahami perbedaan ini, diharapkan dapat dilakukan pengelolaan sumber daya air yang lebih efektif dan efisien serta dapat menjaga keberlanjutan ekosistem di kedua daerah tersebut. Hal ini dapat berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup yang ada di sekitar daerah aliran sungai.
3. Daerah aliran sungai hulu lebih rentan terhadap banjir saat terjadi hujan lebat
Poin ketiga dalam penjelasan perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir adalah daerah aliran sungai hulu lebih rentan terhadap banjir saat terjadi hujan lebat. Hal ini disebabkan oleh ketinggian yang lebih tinggi di daerah aliran sungai hulu dan curah hujan yang lebih tinggi, sehingga aliran air bisa menjadi lebih deras dan tergenang di daerah aliran sungai hulu.
Faktor topografi sangat mempengaruhi risiko banjir di daerah aliran sungai hulu. Daerah aliran sungai hulu cenderung memiliki ketinggian yang lebih tinggi dan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah aliran sungai hilir. Kondisi ini menyebabkan volume air yang mengalir di sungai menjadi lebih besar dan deras, sehingga risiko banjir menjadi lebih tinggi.
Faktor lain yang mempengaruhi risiko banjir di daerah aliran sungai hulu adalah adanya erosi tanah dan hilangnya tutupan vegetasi. Erosi tanah dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi, dan dapat mengakibatkan tanah longsor dan menurunkan kualitas tanah di daerah aliran sungai hulu. Kehilangan tutupan vegetasi di daerah aliran sungai hulu juga dapat memperburuk risiko banjir karena tanah menjadi gundul dan tidak dapat menahan air hujan.
Pemerintah dan masyarakat di daerah aliran sungai hulu perlu memperhatikan risiko banjir ini dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat. Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengaturan tata guna lahan yang baik, seperti menghindari penggundulan hutan dan mempertahankan tutupan vegetasi di daerah aliran sungai hulu. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang sesuai seperti pembangunan bendungan dan drainase yang baik dapat membantu mengurangi risiko banjir di daerah aliran sungai hulu. Dengan demikian, risiko banjir di daerah aliran sungai hulu dapat dikurangi dan keberlangsungan lingkungan hidup serta kesejahteraan masyarakat dapat terjaga.
4. Kondisi hidrologi yang berbeda mempengaruhi ketersediaan air di kedua daerah tersebut
Poin keempat dari tema “Jelaskan Perbedaan Karakteristik Antara Daerah Aliran Sungai Hulu dan Hilir” adalah “Kondisi hidrologi yang berbeda mempengaruhi ketersediaan air di kedua daerah tersebut”. Kondisi hidrologi mengacu pada siklus air, termasuk penampang tanah, kondisi atmosfer, evaporasi, dan presipitasi. Perbedaan kondisi hidrologi di daerah aliran sungai hulu dan hilir mempengaruhi ketersediaan air di kedua daerah tersebut.
Di daerah aliran sungai hulu, ketersediaan air lebih tinggi karena debit air yang lebih besar dan kecepatan aliran yang lebih deras. Ini disebabkan oleh topografi yang lebih tinggi di daerah aliran sungai hulu. Namun, daerah aliran sungai hulu lebih rentan terhadap banjir saat terjadi hujan lebat. Kondisi ini mempengaruhi ketersediaan air di daerah aliran sungai hulu, di mana banjir dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur serta mengancam ketersediaan air bersih.
Di daerah aliran sungai hilir, ketersediaan air lebih rendah karena aliran sungai yang lebih kecil dan kondisi geografis yang lebih datar. Namun, daerah aliran sungai hilir lebih stabil dari segi hidrologi, dan lebih tahan terhadap fluktuasi volume air. Daerah aliran sungai hilir lebih rentan terhadap kekeringan karena aliran sungai yang lebih kecil dan kondisi geografis yang lebih datar. Kondisi ini mempengaruhi ketersediaan air di daerah aliran sungai hilir, di mana kekeringan dapat mengancam ketersediaan air bersih.
Perbedaan kondisi hidrologi di daerah aliran sungai hulu dan hilir mempengaruhi ketersediaan air di kedua daerah tersebut. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya air di kedua daerah tersebut harus disesuaikan dengan kondisi hidrologi yang ada. Penting bagi pengambil kebijakan untuk memperhitungkan perbedaan di kedua daerah tersebut dan mengembangkan strategi pengelolaan sumber daya air yang sesuai dengan kondisi hidrologi di kedua daerah tersebut. Dengan demikian, ketersediaan air di kedua daerah tersebut dapat terjaga dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri di daerah aliran sungai hulu dan hilir.
5. Daerah aliran sungai hulu memiliki keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah aliran sungai hilir
Poin kelima dari tema “jelaskan perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir” adalah “daerah aliran sungai hulu memiliki keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah aliran sungai hilir”. Keanekaragaman hayati merupakan jumlah dan jenis spesies yang hidup di suatu wilayah atau ekosistem. Keanekaragaman hayati sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti iklim, topografi, dan keberadaan vegetasi.
Di daerah aliran sungai hulu, keanekaragaman hayati lebih tinggi karena terdapat kondisi lingkungan yang mendukung keberadaan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Daerah aliran sungai hulu pada umumnya terletak di bagian atas sungai yang memiliki topografi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah aliran sungai hilir. Kondisi ini membuat daerah aliran sungai hulu memiliki iklim yang lebih sejuk dan lembap, sehingga mendukung keberadaan hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis di daerah aliran sungai hulu merupakan salah satu ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
Di sisi lain, ekosistem di daerah aliran sungai hilir lebih didominasi oleh tumbuhan air dan mangrove. Kondisi lingkungan di daerah aliran sungai hilir memiliki topografi yang lebih datar dan berada di dekat laut, sehingga lebih banyak terkena pengaruh air laut. Keberadaan mangrove di daerah aliran sungai hilir sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem, karena mangrove dapat mengurangi erosi pantai dan menjadi tempat hidup bagi beberapa jenis ikan dan hewan laut.
Keanekaragaman hayati yang tinggi di daerah aliran sungai hulu sangat penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Beberapa contoh manfaat yang didapatkan dari keanekaragaman hayati di daerah aliran sungai hulu adalah sebagai sumber pangan, bahan obat tradisional, dan bahan baku industri. Beberapa jenis ikan air tawar yang hidup di daerah aliran sungai hulu juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Namun, keanekaragaman hayati di daerah aliran sungai hulu juga menghadapi ancaman dari kegiatan manusia seperti perambahan hutan, penambangan, dan perkebunan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menjaga keanekaragaman hayati di daerah aliran sungai hulu dengan melakukan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan melestarikan ekosistem yang ada.
6. Kegiatan pertanian dan perkebunan merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh masyarakat di daerah aliran sungai hulu, sedangkan di daerah aliran sungai hilir, kegiatan utama yang dilakukan adalah perikanan dan pengolahan hasil laut
Poin keenam dari tema ‘jelaskan perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir’ adalah bahwa kegiatan pertanian dan perkebunan merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh masyarakat di daerah aliran sungai hulu, sedangkan di daerah aliran sungai hilir, kegiatan utama yang dilakukan adalah perikanan dan pengolahan hasil laut.
Daerah aliran sungai hulu dan hilir memiliki perbedaan karakteristik yang berdampak pada jenis kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di kedua daerah tersebut. Di daerah aliran sungai hulu, kondisi lingkungan yang lebih tinggi menyebabkan lahan yang lebih subur untuk pertanian dan perkebunan. Masyarakat di daerah ini biasanya menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian dan perkebunan, seperti menanam padi, sayuran, buah-buahan, dan kopi.
Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, lingkungan yang didominasi oleh air dan sumber daya laut yang melimpah membuat masyarakat di daerah ini lebih cenderung bermatapencaharian di bidang perikanan dan pengolahan hasil laut. Mereka biasanya mencari ikan, kerang, udang, dan hasil laut lainnya untuk dijual atau dikonsumsi sendiri.
Pola kegiatan masyarakat di kedua daerah ini juga berdampak pada keberlanjutan sumber daya alam di sekitar daerah aliran sungai. Di daerah aliran sungai hulu, kegiatan pertanian dan perkebunan dapat mengubah tata guna lahan dan menyebabkan deforestasi. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas air dan lingkungan hidup di sekitar daerah aliran sungai hulu.
Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, kegiatan perikanan dan pengolahan hasil laut juga dapat mempengaruhi keberlanjutan sumber daya alam. Kegiatan penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan populasi ikan dan mengganggu ekosistem laut di sekitar daerah aliran sungai hilir.
Dalam hal pengelolaan sumber daya alam, perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir juga harus dipertimbangkan. Pengelolaan sumber daya air di daerah aliran sungai hulu harus mempertimbangkan dampak dari kegiatan pertanian dan perkebunan, sedangkan di daerah aliran sungai hilir, pengelolaan sumber daya air harus mempertimbangkan dampak dari kegiatan perikanan dan pengolahan hasil laut.
Dengan demikian, pemahaman mengenai perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir sangat penting dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kegiatan manusia di kedua daerah tersebut harus diatur dan dipertimbangkan dengan baik agar keberlanjutan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah aliran sungai tetap terjaga.
7. Perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir mempengaruhi strategi pengelolaan sumber daya air yang harus dilakukan
Poin ketujuh dari tema “jelaskan perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir” adalah “perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir mempengaruhi strategi pengelolaan sumber daya air yang harus dilakukan”. Perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir sangat mempengaruhi strategi pengelolaan sumber daya air yang harus dilakukan di kedua daerah tersebut.
Di daerah aliran sungai hulu, strategi pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengurangan banjir dan pengelolaan erosi. Karena daerah aliran sungai hulu memiliki ketinggian yang lebih tinggi, maka saat terjadi hujan lebat, air akan mengalir lebih deras dan memicu terjadinya banjir. Oleh karena itu, strategi pengelolaan sumber daya air di daerah aliran sungai hulu harus memperhitungkan upaya pengurangan banjir dan pengelolaan erosi agar air tidak merusak lingkungan sekitar.
Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, strategi pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengendalian intrusi air laut dan pengelolaan limbah industri. Karena daerah aliran sungai hilir terletak di bagian bawah sungai, maka kondisi hidrologi yang berbeda menyebabkan ketersediaan air yang lebih sedikit dan lebih rentan terhadap intrusi air laut. Oleh karena itu, strategi pengelolaan sumber daya air di daerah aliran sungai hilir harus memperhitungkan upaya pengendalian intrusi air laut dan pengelolaan limbah industri agar air tidak tercemar dan lingkungan sekitar tetap terjaga.
Perbedaan strategi pengelolaan sumber daya air di daerah aliran sungai hulu dan hilir juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang ada di kedua daerah tersebut. Kegiatan pertanian dan perkebunan merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh masyarakat di daerah aliran sungai hulu, sedangkan di daerah aliran sungai hilir, kegiatan utama yang dilakukan adalah perikanan dan pengolahan hasil laut. Oleh karena itu, strategi pengelolaan sumber daya air harus memperhitungkan kebutuhan air untuk kegiatan tersebut agar dapat dilakukan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Dalam kesimpulannya, perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir sangat mempengaruhi strategi pengelolaan sumber daya air yang harus dilakukan di kedua daerah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus memperhatikan perbedaan karakteristik ini dalam melakukan pengelolaan sumber daya air agar dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
8. Pengelolaan sumber daya air di daerah aliran sungai hulu lebih difokuskan pada upaya pengurangan banjir dan pengelolaan erosi, sedangkan di daerah aliran sungai hilir, pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengendalian intrusi air laut dan pengelolaan limbah industri.
Poin ke-7 menjelaskan bahwa perbedaan karakteristik antara daerah aliran sungai hulu dan hilir mempengaruhi strategi pengelolaan sumber daya air yang harus dilakukan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan yang ada di kedua daerah tersebut yang berpengaruh pada ketersediaan air dan kegiatan manusia yang ada di sekitar daerah aliran sungai.
Pada daerah aliran sungai hulu, pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengurangan banjir dan pengelolaan erosi. Hal ini dilakukan karena daerah aliran sungai hulu lebih rentan terhadap banjir saat terjadi hujan lebat. Selain itu, ketinggian yang lebih tinggi di daerah aliran sungai hulu menyebabkan aliran sungai yang lebih deras sehingga perlu dilakukan pengelolaan erosi untuk mencegah terjadinya erosi yang dapat merusak lingkungan.
Sedangkan di daerah aliran sungai hilir, pengelolaan sumber daya air lebih difokuskan pada upaya pengendalian intrusi air laut dan pengelolaan limbah industri. Kegiatan manusia di daerah aliran sungai hilir lebih banyak berfokus pada perikanan dan pengolahan hasil laut. Hal ini membuat kondisi lingkungan di daerah aliran sungai hilir lebih rentan terhadap pencemaran air dan intrusi air laut. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya air di daerah aliran sungai hilir perlu difokuskan pada pengendalian intrusi air laut dan pengelolaan limbah industri agar kualitas air di daerah tersebut tetap terjaga.
Dalam hal pengelolaan sumber daya air, strategi yang harus dilakukan di kedua daerah ini berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik lingkungan dan kegiatan manusia yang ada di sekitar daerah aliran sungai. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya air di daerah aliran sungai hulu dan hilir perlu disesuaikan dengan karakteristik lingkungan yang ada di kedua daerah tersebut.
Dalam rangka mengelola sumber daya air di daerah aliran sungai, perlu dilakukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait untuk mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan manusia di sekitar daerah aliran sungai dapat berlangsung secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan hidup.